Pembajakan akun Whatsapp dan Pencegahannya

Alfons Tanujaya • January 3, 2019

Mau gampang kena kemplang

 Pada masa awal internet banking dan e-commerce, tingkat kepercayaan terhadap keamanan transaksi internet banking dan e-commerce masih sangat rendah. Pengamanan yang saat itu mengandalkan kredensial username, password, nomor kartu, tanggal kadaluarsa kartu sampai CVV code menjadi mudah bocor jika komputer pengguna berhasil disusupi oleh trojan / keylogger yang akan merekam semua ketukan keyboard ketika melakukan transaksi. Apalagi di Indonesia yang belum memiliki pengelolaan sistem kependudukan yang baik dimana tidak sulit untuk membuat KTP ganda sehingga mempermudah pelaku transaksi bodong untuk membuka akun guna menampung hasil kejahatannya dan membuka akun baru dengan kartu identitas baru setiap kali akun lama terdeteksi dan diblokir oleh pihak berwenang.

Namun penerapan TFA Two Factor Authentication dan OTP One Time Password menjadi titik balik dimana transaksi finansial yang selama sangat rentan dieksploitasi oleh kriminal menggunakan trojan / keylogger menjadi lebih aman dan sulit dieksploitasi. Kuncinya adalah penggunaan OTP atau password sekali pakai yang digunakan untuk verifikasi transaksi penting seperti persetujuan setiap kali melakukan pembelian. Keunikan sistem OTP ini memungkinkan transaksi keuangan dilakukan dengan cukup aman sekalipun kredensial akun telah diketahui oleh peretas melalui trojan yang menginfeksi komputer yang melakukan transaksi. Karena alasan yang sama pula layanan publik berbasis akun seperti Gmail, Yahoo dan layanan media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram menerapkan pengamanan TFA-OTP pada layanannya dimana setiap kali perangkat, aplikasi atau peramban baru digunakan untuk mengakses layanan maka OTP digunakan untuk verifikasi identitas pengguna layanan tersebut. Otentikasi dua faktor TFA dan OTP pelan tapi pasti menjadi standar pengamanan transaksi keuangan dan kredensial layanan berbasis akun. Demikian pula yang terjadi di ranah bertukar pesan / messaging seperti Whatsapp yang memiliki basis pengguna milyaran juga ikut menerapkan TFA-OTP dalam mengamankan akun guna mengidentifikasi penggunanya dan melindungi dari pencurian atau pembajakan akun.

Namanya juga teknologi, kalau diam saja di tempat dan tidak berkembang tentu akan dilibas oleh teknologi baru. TFA yang pada awalnya harus memasukkan OTP password sekali pakai setiap kali melakukan verifikasi mulai dianggap merepotkan dan solusi baru yang lebih praktis mulai diterapkan seperti login approval dimana verifikasi tidak lagi dilakukan dengan memasukkan kode verifikasi tetapi cukup hanya mengklik tombol [Ok], [Confirm], [I Agree] atau [Next] yang muncul di telepon pintar sudah cukup untuk menyetujui verifikasi. Maka muncullah versi yang lebih simpel dari TFA yang populer dengan istilah verifikasi satu klik. (lihat gambar 1)

Login approval pengganti TFA


Sekalipun verifikasi satu klik sudah mulai di adopsi oleh banyak layanan termasuk layanan produk Microsoft dan Google dalam memverifikasi pelanggannya yang masuk dari perangkat / aplikasi baru yang belum dikenal, namun perlu menjadi catatan bahwa verifikasi satu klik ini cukup rentan kesalahan dimana penerima approval pop up atau SMS di ponsel akan cenderung mudah menyetujui permintaan approval karenya hanya tinggal melakukan klik untuk melakukan verifikasi. Karena itu penyedia jasa banyak yang menyediakan fitur untuk membatalkan approval atau mengklaim kembali akun jika terjadi kesalahan verifikasi.

Institusi finansial baik perbankan dan kartu kredit seperti Mastercard dan Visa sampai saat ini masih tetap mengandalkan TFA konvensional untuk proses verifikasi seperti 3D secure atau SMS dimana verifikasi masih harus memasukkan PIN OTP secara manual dan tidak mengadopsi metode once click approval.

Verifikasi satu klik dan bahayanya

Implementasi verifikasi satu klik memang memudahkan bagi pengguna layanan yang menggunakan TFA OTP, dimana proses verifikasi tidak perlu lagi repot membuka aplikasi otentikasi seperti: Google Authenticator, Authy atau SMS dan memasukkan PIN otentikasi secara manual. Cukup hanya mengklik 1 tombol [Confirm] saja sudah cukup untuk melakukan verifikasi.

Sejatinya, proses verifikasi memang sebaiknya tidak terlalu mudah dan setidaknya membutuhkan sedikit usaha untuk menghindari kesalahan verifikasi yang tidak disengaja. Hal ini juga sesuai dengan metode TFA-OTP yang memanfaatkan jalur yang berbeda dalam menyimpan atau mengirimkan kata kunci / PIN verifikasi. Sebagai contoh kredensial Username dan Password biasanya disimpan di komputer / ponsel pada file rahasia atau Password Manager dan OTP dikirimkan melalui jalur lain seperti Token TFA, SMS, USSD Code atau email. Tujuannya jelas supaya ada dua faktor yang berbeda pada proses otentikasi sehingga memberikan tingkat keamanan lebih tinggi.

Namun karena alasan kemudahan, Verifikasi satu klik mulai banyak diadopsi oleh layanan utama internet seperti Google, Firefox, Microsoft dan terakhir oleh Whatsapp.

Sebagai contoh, verifikasi PIN melalui SMS yang seharusnya dimasukkan secara manual oleh pengguna Whatsapp kemudian diotomasi dimana 6 angka aktivasi yang dikirimkan melalui SMS akan di deteksi dan dikopikan secara otomatis ke dalam box verifikasi dan pengguna hanya perlu menyetujui tanpa perlu memasukkan 6 angka PIN aktivasi tersebut (lihat gambar 2)

Proses verifikasi Whatsapp yang secara otomatis mengkopikan PIN OTP dari SMS

Prinsip sekuriti hal ini tidak menyarankan hal ini karena pengguna tidak melalui proses otentikasi dengan sempurna dimana pengguna terkadang tidak menyadari bahwa ia sedang melakukan satu proses verifikasi yang akan berdampak besar seperti pengalihan akun Whatsappnya ke nomor telepon lain.

Jika proses verifikasi hal ini terjadi pada login akun Firefox, Gmail atau Microsoft setiap kali menggunakan layanan baru, apps baru, komputer baru, ponsel baru atau peramban baru yang terjadi rutin dan sering dilakukan kemungkinan pengguna kesalahan akan lebih kecil karena hal ini cukup sering dilakukan. Tetapi jika hal ini diterapkan pada aktivasi akun Whatsapp atau penggantian nomor telepon yang terasosiasi pada akun Whatsapp yang sangat jarang dilakukan dan hanya dilakukan pada saat mengganti HP baru atau mengganti nomor telepon baru dimana rata-rata dilakukan belum tentu 1 tahun sekali, tentu pengguna Whatsapp kurang familiar dengan proses ini dan mudah memberikan persetujuan secara tidak sengaja.

Celakanya lagi, proses pemindahan nomor telepon yang terasosiasi dengan akun Whatsapp ini bisa diinisiasi dari nomor telepon baru tanpa memerlukan verifikasi apapun dimana pemilik nomor baru hanya perlu melakukan proses pancingan seolah-olah ia adalah pemilik nomor telepon Whatsapp lama dan memasukkan nomor Whatsapp yang di incarnya dan menunggu korbannya lengah dan tidak sengaja menyetujui proses pemindahan nomor telepon. (lihat gambar 3)

Proses pemindahan nomor telepon Whatsapp dapat di inisiasi oleh pembajak tanpa batasan proses verifikasi

Semua proses verifikasi terjadi di nomor telepon lama / pemilik akun yang sah, dan jika pemilik akun lama yang sah secara tidak sadar baik karena kurang mengerti dengan proses verifikasi, salah mengerti proses verifikasi atau tidak sengaja menyetujui proses verifikasi maka pemindahan akun Whatsapp akan sah dan akun Whatsapp tersebut berpindah tangan. Sistem Whatsapp seharusnya tidak memasukkan PIN otentikasi secara otomatis dimana mempermudah verifikasi yang tidak disengaja. Selain itu, seharusnya Whatsapp menambahkan otentikasi tambahan pada nomor telepon baru dimana setiap nomor baru yang ingin melakukan inisiasi pemindahan nomor telepon akun Whatsapp juga harus memasukkan satu PIN otentikasi yang hanya dikirimkan ke nomor lama ketika proses inisiasi dilakukan sehingga akan lebih sulit lagi bagi pembajak menginisiasi dan melakukan pemindahan akun Whatsapp.

Bagaimana mencegahnya

Sambil menunggu Whatsapp untuk menyempurnakan sistem verifikasi pemindahan akun yang mudah di eksploitasi ini. Penulis menyarankan anda untuk berhati-hati jika mendapatkan SMS verifikasi penggantian nomor telepon Whatsapp. Jangan sekali-kali disetujui atau klik tanpa mengerti apa yang sedang anda lakukan.

Selain itu, anda juga dapat mengaktifkan PIN untuk masuk ke Whatsapp anda, dimana jika terjadi akun anda berhasil diambil alih oleh pembajak, ia tetap membutuhkan PIN tambahan untuk membuka akun Whatsapp yang dibajaknya. (lihat gambar 4)

PIN perlindungan tambahan TSV Two Step Verification akan mencegah akun Whatsapp anda dibuka pembajak.

Caranya adalah klik 3 titik pada aplikasi Whatsapp anda, lalu pilih [Settings] [Account][Two-step verification] dan masukkan PIN anda. Ingat, aktifkan alamat email pada proses TSV ini sebagai cadangan kalau anda lupa PIN tambahan ini. Jika tidak dan anda benar-benar lupa PIN anda, maka tidak ada cara untuk mengembalikan PIN tambahan ini.

Salam,
Alfons Tanujaya

PT. Vaksincom
Jl. R.P. Soeroso 7AA
Cikini
Jakarta 10330
Ph : 021 3190 3800

Vaksincom Security Blog

By Alfons Tanujaya December 25, 2024
Bulan Desember tahun 2024 ditutup dengan pengumuman Ransomware Bashe yang pada pertengahan Desember mengklaim salah satu bank BUMN yang masuk dalam jajaran 5 besar mengalami kebocoran data dan memberikan waktu sampai 23 Desember 2024 untuk membayar uang tebusan 5 bitcoin atau sekitar Rp. 7,6 milyar rupiah atau data tersebut dijual ke pihak ketiga. (lihat gambar 1)
By Alfons Tanujaya November 25, 2024
Menyambut penutupan tahun 2024, Vaksincom kembali mengadakan event akhir tahun Evaluasi Malware 2024 dan Trend 2025. Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, event ini diadakan dalam bentuk Seminar Outing seperti yang pernah diadakan Vaksincom di tahun 2008. Seminar Outing ini akan diadakan dua hari pada awal Desember 2024 di Pengalengan Bandung dan peserta seminar yang umumnya pegiat IT dan admin yang sehari-hari melakukan aktivitasnya dari belakang meja kini akan mendapatkan lingkungan yang berbeda dalam bentuk Outing mengarungi Jeram di Pengalengan Bandung. Selain evaluasi Malware 2024, peserta seminar juga akan mendapatkan informasi tambahan bagaimana mengamankan jaringan dan data yang dikelolanya dari ancaman Ransomware dimana Vaksincom akan meluncurkan VaksinSIEM (Security Information and Event Management) dimana termasuk ke dalamnya Vaksin Protect yang akan dapat mengembalikan data sekalipun berhasil dienkripsi oleh ransomware hanya dengan 1 kali klik tanpa tergantung pada Backup. Peserta baru yang belum menggunakan layanan Vaksincom akan mendapatkan produk andalan Vaksincom Webroot Endpoint Protection untuk melindungi 50 nodes komputer (Windows Workstation / Server dan Mac OS) yang akan dapat digunakan secara full untuk 90 hari. Bonus tambahan akan diberikan kepada seluruh peserta seminar berupa training pengamanan akun digital Call Paman Onetime (True Caller, Password Manager dan aktivasi One Time Password) dimana seluruh peserta seminar akan dibantu langsung oleh teknisi Vaksincom menginstal dan mengimplementasikan aplikasi True Caller, Password Manager dan Aktivasi Two Factor Authentication untuk semua akun penting anda seperti email (Gmail, Yahoo etc) tanpa tambahan biaya apapun alias Gratis. Adapun Seminar Outing tersebut akan diadakan dengan informasi detail sebagai berikut : Seminar Outing Vaksincom 2024 Tema : Evaluasi Malware Indonesia 2024 dan Trend Malware 2025 Waktu : 6 - 7 Desember 2024 Lokasi : Bandung (Rafting Pengalengan dan penginapan hotel Meize City Center Jl. Sumbawa - Bandung) Fasilitas yang disediakan : - Transportasi PP Jakarta - Bandung - Jakarta berangkat dari dari PT. Vaksincom Jl. R. P. Soeroso 7AA, Jakarta 10330 - Penginapan di Hotel Meize City Center sharing 1 kamar 2 orang. - Konsumsi selama event. - Rafting dan peralatan pengaman rafting serta instruktur yang berpengalaman. - Dokumentasi. - Wisata di Bandung. Biaya Seminar sudah termasuk GRATIS : - Sertifikat Seminar - Lisensi Webroot Endpoint Protection Business untuk 50 Nodes selama 90 hari untuk Windows workstation / server dan Mac OS. - VaksinSIEM untuk 1 (satu) nodes beserta Security Hardening dari Vaksincom selama 90 hari. - Aplikasi Password Manager Full Version automatic sync antara Android, iOS, Windows OS, Browser dan Mac OS. Biaya : - Customer Vaksincom Rp. 1.250.000,- (tidak termasuk lisensi Webroot Endpoint Protection Business 50 nodes) - Umum Rp. 1.950.000,- (termasuk lisensi Webroot Endpoint Protection Busienss 50 nodes) Pendaftaran : Hubungi email [email protected] atau Whatsapp 0897-8696-122 dgn ibu Ami I
By Alfons Tanujaya October 29, 2024
Security is a process, itu adalah mantra yang menjadi pegangan para praktisi sekuriti. Dan proses sekuriti adalah proses tidak berkesudahan. Ibaratnya anda bermain sepakbola, maka administrator sekuriti adalah penjaga gawang yang harus menjaga data yang dikelolanya setiap saat tanpa istirahat, 1 x 24 jam dari serangan striker peretas dari seluruh dunia. Apalagi jika anda mengelola data yang kritikal dan berharga seperti mobile banking yang di incar oleh banyak peretas didunia yang tidak kalah pintar dengan anda. Masalahnya adalah mereka bisa menyerang setiap saat dan anda harus siap berjibaku menjaga data berharga yang anda kelola. Kalau yang diserang adalah server aplikasi yang anda kelola, itu saja sudah membuat pusing kepala dan kita melihat pengelolaan server data yang amburadul mengakibatkan banyaknya kebocoran data di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Dalam kasus pengelola mobile banking, skala serangannya justru lebih luas dimana ketika server dan database aplikasi sudah diamankan dengan baik dan sulit diserang, maka penyerang akan mengincar titik terlemah dalam pengamanan aplikasi .... end user alias pengguna aplikasi. Serangan terhadap end user mobile banking yang sangat efektif memanfaatkan rekayasa sosial untuk mendapatkan kepercayaan korbannya seperti mengirimkan APK pencuri SMS yang memalsukan diri sebagai APK kurir online, APK pajak, APK Undangan Pernikahan dan APK Surat Tilang yang intinya adalah mengelabui korbannya menjalankan aplikasi tersebut dan bertujuan mencuri SMS OTP yang akan digunakan oleh peretas untuk mengambil alih dan mengeksploitasi aset digital, baik akun mobile banking, Whatsapp, email atau akun lain sekalipun diproteksi dengan OTP SMS. Pada akhir tahun 2024 ini, aksi yang menggunakan APK pencuri SMS sudah menurun karena efektivitasnya menurun seiring meningkatnya kesadaran pengguna ponsel dan usaha pengamanan yang dilakukan oleh banyak pihak baik pihak bank, dari Google, pengamat sekuriti dan pemerintah yang tidak henti melakukan edukasi terhadap masyarakat atas ancaman ini. Namun sesuai mantra di atas, security is a process. Kini berkembang satu ancaman baru yang perlu diwaspadai dan sangat berpotensi mengancam pengguna aplikasi mobile banking. Dan celakanya, metode yang dipakai adalah mengeksploitasi fitur tambahan yang disediakan oleh Android untuk memudahkan pengguna dengan keterbatasan tertentu. Fitur Aksesibilitas atau Accessibility. Accessibility / Aksesibilitas Aksesibilitas adalah fitur Android untuk membantu pengguna disabilitas. Fitur seperti pembaca teks, subtitel atau tampilan kustom. Untuk mengaktifkan layanan ini di aplikasi membutuhkan akses "accessibility permission" atau "izin aksesibilitas" pada ponsel Android. Dan masalahnya izin ini memberikan hak akses penuh pada perangkat aplikasi. Hak akses penuh ini yang menjadi incaran kriminal siber yang memang selalu berusaha mencari cara untuk mengendalikan ponsel atau tablet. Ketika hak ini didapatkan, maka pengguna ponsel akan terperangkap dan perangkat ponselnya bisa diambilalih. (lihat gambar 1)
By Alfons Tanujaya June 26, 2024
Ransomware secara de facto menjadi malware yang paling ditakuti oleh pengguna komputer dan pengelola data saat ini. Dalam menjalankan aksinya, ransomware dapat menambahkan aksinya menjadi extortionware. Jika ransomware beraksi dengan mengenkripsi data dan sistem yang diserangnya, maka extortionware adalah ancaman menyebarkan data yang berhasil dicuri jika korbannya menolak membayar uang tebusan yang diminta. Serangan ransomware Brainchiper yang merupakan turunan Lockbit pada Pusat Data Nasional / PDN dibulan Juni 2024 melumpuhkan layanan pemerintah yang memanfaatkan sistem dan data yang dikelola di PDN. Salah satu layanan kritis yang terganggu adalah layanan imigrasi yang menjadi pintu gerbang Indonesia dan mencoreng muka Indonesia karena layanan keimigrasian yang mengakibatkan antrian panjang karena sistem imigrasi yang tadinya dilakukan secara elektronik harus dilakukan secara manual. Lalu institusi apa saja yang menjadi korban serangan ransomware di tahun 2024 ini ? Vaksincom akan mengadakan seminar 2 jam singkat tanggal 2 Juli 2024 mengangkat tema 10 ransomware ganas dan korbannya di Indonesia : Akibat dan mitigasinya. Korban Ransomware Sampai pertengahan tahun 2024, sudah ada 10 institusi besar yang menjadi korban ransomware, baik dari institusi swasta maupun pemerintahan dari berbagai industri seperti logistik, logistik makanan, shopping center, consumer finance, bank, finance services, IT Services, transportasi dan pialang saham. Parahnya lagi ada salah satu institusi keuangan Tbk yang sampai dua kali menjadi korban ransomware yang berbeda pada saat yang berbeda dimana pada Juli 2023 bank tersebut menjadi korban ransomware dengan total data yang berhasil dicuri dan dienkripsi sebanyak 450 GB oleh Ransomhouse (lihat gambar 1).
By Alfons Tanujaya June 26, 2024
Vaksincom akan mengadakan seminar evaluasi malware di pertengahan tahun 2024 dengan tema : 10 Korban Ransomware Indonesia 2024: Dampak dan Antisipasinya Acara akan diadakan di : Aming Coffee Shop Raffles Square Jl. Ir. H. Juanda Stasiun Kereta Api Juanda Gambir Jakarta Pusat Waktu : Selasa, 02 Juli 2024 pukul 14.00 - 16.00 Wib Biaya seminar Rp. 250.000,- sudah termasuk : ⁠Konsumsi snack dan coffee khas Pontianak dari Aming Coffe Shop. ⁠⁠Sertifikat Elektronik Materi ⁠⁠Sharing informasi dan workshop ⁠⁠Antivirus GData Endpoint Protection Business atau Webroot untuk 50 komputer dalam jaringan (30 hari). ⁠⁠Vaksin Protect yang akan melindungi komputer anda dari ransomware dan mengembalikan data terenkripsi ransomware tanpa tergantung backup. Daftar dan Resigtrasi sekarang Hubungi : 0897-8696-122 (Ami) Untuk Pembayaran ke rekening PT. Vaksincom BCA : 6540339251 Tempat terbatas hanya 50 peserta.
By Alfons Tanujaya May 16, 2024
Berubah Menjadi Targeted SMS Phishing Penipu APK pencuri SMS menggunakan metode baru dalam menjalankan aksinya. Jika selama ini APK pencuri SMS menggunakan bot SMS to Telegram untuk memforwardkan semua SMS ponsel korban termasuk SMS OTP ke akun Telegram penipu, setelah dibongkar codingnya salah satunya oleh Malvin Valerian @malvin.val lalu bot Telegram tersebut di serang oleh netizen yang marah dengan aksi jahat penipu ini. Sekarang penipu mengganti metodenya dengan langsung menggunakan layanan SMS langsung ke ponsel penipu tanpa memanfaatkan bot Telegram. Jadi setiap kali korbannya menjalankan APK pencuri SMS, setelah menipu mendapatkan korbannya menyetujui akses data dan layanan SMS maka APK penipu ini akan mengirimkan satu SMS kosong dari ponsel korban ke nomor ponsel yang telah dipersiapkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi nomor ponsel korban. Setelah mendapatkan nomor ponsel korbannya, maka nomor tersebut dijadikan sasaran eksploitasi dan penipu mengirimkan banyak OTP dan memalsukan dirinya seakan-akan institusi yang terpercaya dengan memalsukan nama pengirim SMS. Aksi pengiriman APK APK akan datang se perti biasa memalsukan diri seperti Surat Pemberitahuan Wajib Pajak, Paket Kurir Online atau Undangan Pernikahan. (lihat gambar 1)
Artikel Lainnya