Fintech Salah Asuhan

Alfons Tanujaya • July 27, 2018

Fintech bukan KTA Digital

  Fintech atau Financial Technology adalah terobosan dalam dunia finansial yang dimotori oleh teknologi dimana teknologi menjadi nilai tambah utama pada layanan finansial yang disediakan. Dalam banyak kasus, terobosan yang dilakukan melalui teknologi ini terkadang menyebabkan revolusi atau disrupsi pada proses industri finansial tradisional dan memberikan nilai tambah baru seperti efisiensi, menghilangkan ekonomi biaya tinggi, memangkas birokrasi dan menghilangkan rantai perantara yang tidak diperlukan dan banyak menimbulkan inefisiensi karena adanya penambahan biaya pada barang atau jasa.

Ada satu fenomena yang cukup menarik untuk di cermati di Indonesia dimana arah perkembangan Fintech yang terjadi banyak yang tidak didasari oleh pakem revolusi digital di atas. Perkembangan Fintech yang marak di Indonesia malah condong menjadi sarana untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya memanfaatkan keunggulan penetrasi digital yang sangat tinggi guna menjangkau pasar yang selama ini belum terjamah. Namun pelakunya tidak menempatkan konsumen sebagai raja dan sebaliknya sebagai subjek untuk mendapatkan profit setinggi-tingginya. Inklusi layanan perbankan terhadap unbanked society digunakan sebagai pembenaran, padahal dibalik itu tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan finansial yang tidak wajar dan dalam jangka panjang akan berakibat makin memiskinkan masyarakat yang sudah miskin karena dibiasakan membayar bunga / biaya yang luar biasa tinggi dan terbiasa tidak efisien yang besarnya mencapai 30 kali lipat dari bunga pinjaman bank konvensional. Siapa yang tidak tergiur dengan bisnis yang menjanjikan profit 365 % per tahun ? Sebagai gambaran simpel, jika anda menginvestasikan uang Rp. 100 juta pada Fintech KTA, dengan tingkat kredit macet 50 % saja, anda masih tetap mendapatkan keuntungan 182,5 %. Tidak heran jika banyak perusahaan berbondong-bondong melakukan hal yang sama seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini.

Aplikasi Fintech dengan bunga mencekik leher menjamur di Play Store


Celakanya, pemangku kepentingan terkesan kurang menyadari dampak negatif perkembangan Fintech yang salah arah ini dan menyerahkan sepenuhnya kepada kekuatan pasar. Seharusnya masyarakat di didik agar bijak dalam mengelola keuangan dan tidak terjebak oleh kemudahan semu kredit instan tanpa agunan dengan bunga yang mencekik leher. Dan pemilik modal dibatasi untuk tidak melakukan praktek mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat.

Padahal sejatinya semangat Fintech adalah efisiensi, pemberian nilai tambah baru dan memotong perantara yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi seharusnya menjadi motor dari layanan Fintech yang sejati. Contohnya adalah Society One dan Zopa.


Fintech Society One mendisrupsi industri finansial dengan memberikan bunga yang lebih kompetitif

Society One dan Zopa mengakibatkan disrupsi pada industri perbankan di Australia dan Inggris karena memangkas ekonomi biaya tinggi pada industri perbankan dimana adanya margin bunga pinjaman dan tabungan yang terlalu tinggi selama ini dinikmati oleh industri perbankan tradisional. Mirip seperti Uber dan Airbnb aplikasi Fintech ini mempertemukan pemilik dana (penabung) dengan peminjam dan Society One mampu memberikan bunga simpanan yang lebih tinggi dari bank kepada pemilik dana dan sebaliknya mengenakan bunga pinjaman yang lebih rendah kepada peminjam. Bayangkan, di negara lain spread margin bunga kurang dari 10 % yang dinikmati perbankan saja sudah dikategorikan kurang efisien dan dipangkas oleh aplikasi Fintech Society One dan Zopa. Sebaliknya di Indonesia, perusahaan yang mengaku sebagai Fintech dengan leluasa mengenakan biaya pinjaman / bunga sampai dengan 365 % per tahun atau 30 kali lipat dari bunga yang dikenakan oleh bank. Jadi Fintech di Indonesia ini bukan membuat makin efisien tetapi sebaliknya makin tidak efisien.

Aplikasi Fintech tidak melulu mendisrupsi simpanan dan pinjaman bank, biaya tinggi seperti Telegraphic Transfer atau TT juga ikut kena giliran di efisienkan oleh Fintech. Aplikasi Transfer Wise menjanjikan mengenakan total biaya yang jauh lebih murah mencapai 8 X lebih murah daripada TT antar negara dibandingkan melalui bank.

Namun, sebenarnya bank tidak melulu menjadi obyek penderita dan ladang bisnisnya diambil pelan-pelan oleh pemain baru. Bank memiliki dua pilihan, melawan arus Fintech yang mau tidak mau akan melanda atau dengan cerdik mengendarai arus dan kreatif mencari peluang baru yang belum tergali selama ini. Hal ini dibuktikan oleh HSBC yang meluncurkan aplikasi Connected Money yang memberikan keleluasaan akses kepada penggunanya mengakses data dari rekening 21 bank di seluruh Inggris dalam satu akun. Mau tidak mau bank memang harus mulai membuka diri seperti menyediakan API bagi para pembuat aplikasi untuk mengakses layanan bank tersebut sehingga tidak tertinggal kereta jika ada terobosan baru yang muncul.

Peran Pemerintah

Aplikasi seperti Society One dan Zopa tidak akan mungkin bisa berjalan jika tidak di dukung oleh perangkat hukum yang mumpuni, sistem database kependudukan dan rating kredit yang handal. Jika pemerintah ingin mendapatkan manfaat maksimal dari perkembangan Fintech, ada baiknya untuk segera berbenah dan mempersiapkan departemen pendukung yang cepat dan mampu beradaptasi dengan perkembangan Fintech yang sangat dinamis seperti payung hukum yang jelas dan detail, data sistem kependudukan yang makin disempurnakan dan sulit dieksploitasi serta sistem rating kredit (BI Checking) yang transparan, terbuka dan bisa diakses dengan cepat oleh pihak yang berkepentingan. Bukan tidak mungkin pemilik dana bisa menikmati bunga simpanan setara bunga pinjaman dimana uangnya langsung digunakan melalui aplikasi Fintech guna memberikan pinjaman kepada peminjam KPR yang juga menikmati bunga KPR lebih murah dari KPR bank dan jika terjadi tunggakan, perangkat hukum telah dipersiapkan dimana pemilik dana tetap aman karena adanya agunan KPR dan peminjam tidak terlalu dirugikan karena tidak harus berurusan dengan bank yang selama ini terlena karena mengenakan spread bunga tinggi untuk KPR. Fintech adalah peluang yang sangat besar dan jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar karena adanya inovasi dan efisiensi. Jangan biarkan Fintech menjadi KTA digital.

Salam,
Alfons Tanujaya

PT. Vaksincom
Jl. R.P. Soeroso 7AA
Cikini
Jakarta 10330
Ph : 021 3190 3800

Vaksincom Security Blog

By Alfons Tanujaya December 25, 2024
Bulan Desember tahun 2024 ditutup dengan pengumuman Ransomware Bashe yang pada pertengahan Desember mengklaim salah satu bank BUMN yang masuk dalam jajaran 5 besar mengalami kebocoran data dan memberikan waktu sampai 23 Desember 2024 untuk membayar uang tebusan 5 bitcoin atau sekitar Rp. 7,6 milyar rupiah atau data tersebut dijual ke pihak ketiga. (lihat gambar 1)
By Alfons Tanujaya November 25, 2024
Menyambut penutupan tahun 2024, Vaksincom kembali mengadakan event akhir tahun Evaluasi Malware 2024 dan Trend 2025. Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, event ini diadakan dalam bentuk Seminar Outing seperti yang pernah diadakan Vaksincom di tahun 2008. Seminar Outing ini akan diadakan dua hari pada awal Desember 2024 di Pengalengan Bandung dan peserta seminar yang umumnya pegiat IT dan admin yang sehari-hari melakukan aktivitasnya dari belakang meja kini akan mendapatkan lingkungan yang berbeda dalam bentuk Outing mengarungi Jeram di Pengalengan Bandung. Selain evaluasi Malware 2024, peserta seminar juga akan mendapatkan informasi tambahan bagaimana mengamankan jaringan dan data yang dikelolanya dari ancaman Ransomware dimana Vaksincom akan meluncurkan VaksinSIEM (Security Information and Event Management) dimana termasuk ke dalamnya Vaksin Protect yang akan dapat mengembalikan data sekalipun berhasil dienkripsi oleh ransomware hanya dengan 1 kali klik tanpa tergantung pada Backup. Peserta baru yang belum menggunakan layanan Vaksincom akan mendapatkan produk andalan Vaksincom Webroot Endpoint Protection untuk melindungi 50 nodes komputer (Windows Workstation / Server dan Mac OS) yang akan dapat digunakan secara full untuk 90 hari. Bonus tambahan akan diberikan kepada seluruh peserta seminar berupa training pengamanan akun digital Call Paman Onetime (True Caller, Password Manager dan aktivasi One Time Password) dimana seluruh peserta seminar akan dibantu langsung oleh teknisi Vaksincom menginstal dan mengimplementasikan aplikasi True Caller, Password Manager dan Aktivasi Two Factor Authentication untuk semua akun penting anda seperti email (Gmail, Yahoo etc) tanpa tambahan biaya apapun alias Gratis. Adapun Seminar Outing tersebut akan diadakan dengan informasi detail sebagai berikut : Seminar Outing Vaksincom 2024 Tema : Evaluasi Malware Indonesia 2024 dan Trend Malware 2025 Waktu : 6 - 7 Desember 2024 Lokasi : Bandung (Rafting Pengalengan dan penginapan hotel Meize City Center Jl. Sumbawa - Bandung) Fasilitas yang disediakan : - Transportasi PP Jakarta - Bandung - Jakarta berangkat dari dari PT. Vaksincom Jl. R. P. Soeroso 7AA, Jakarta 10330 - Penginapan di Hotel Meize City Center sharing 1 kamar 2 orang. - Konsumsi selama event. - Rafting dan peralatan pengaman rafting serta instruktur yang berpengalaman. - Dokumentasi. - Wisata di Bandung. Biaya Seminar sudah termasuk GRATIS : - Sertifikat Seminar - Lisensi Webroot Endpoint Protection Business untuk 50 Nodes selama 90 hari untuk Windows workstation / server dan Mac OS. - VaksinSIEM untuk 1 (satu) nodes beserta Security Hardening dari Vaksincom selama 90 hari. - Aplikasi Password Manager Full Version automatic sync antara Android, iOS, Windows OS, Browser dan Mac OS. Biaya : - Customer Vaksincom Rp. 1.250.000,- (tidak termasuk lisensi Webroot Endpoint Protection Business 50 nodes) - Umum Rp. 1.950.000,- (termasuk lisensi Webroot Endpoint Protection Busienss 50 nodes) Pendaftaran : Hubungi email [email protected] atau Whatsapp 0897-8696-122 dgn ibu Ami I
By Alfons Tanujaya October 29, 2024
Security is a process, itu adalah mantra yang menjadi pegangan para praktisi sekuriti. Dan proses sekuriti adalah proses tidak berkesudahan. Ibaratnya anda bermain sepakbola, maka administrator sekuriti adalah penjaga gawang yang harus menjaga data yang dikelolanya setiap saat tanpa istirahat, 1 x 24 jam dari serangan striker peretas dari seluruh dunia. Apalagi jika anda mengelola data yang kritikal dan berharga seperti mobile banking yang di incar oleh banyak peretas didunia yang tidak kalah pintar dengan anda. Masalahnya adalah mereka bisa menyerang setiap saat dan anda harus siap berjibaku menjaga data berharga yang anda kelola. Kalau yang diserang adalah server aplikasi yang anda kelola, itu saja sudah membuat pusing kepala dan kita melihat pengelolaan server data yang amburadul mengakibatkan banyaknya kebocoran data di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Dalam kasus pengelola mobile banking, skala serangannya justru lebih luas dimana ketika server dan database aplikasi sudah diamankan dengan baik dan sulit diserang, maka penyerang akan mengincar titik terlemah dalam pengamanan aplikasi .... end user alias pengguna aplikasi. Serangan terhadap end user mobile banking yang sangat efektif memanfaatkan rekayasa sosial untuk mendapatkan kepercayaan korbannya seperti mengirimkan APK pencuri SMS yang memalsukan diri sebagai APK kurir online, APK pajak, APK Undangan Pernikahan dan APK Surat Tilang yang intinya adalah mengelabui korbannya menjalankan aplikasi tersebut dan bertujuan mencuri SMS OTP yang akan digunakan oleh peretas untuk mengambil alih dan mengeksploitasi aset digital, baik akun mobile banking, Whatsapp, email atau akun lain sekalipun diproteksi dengan OTP SMS. Pada akhir tahun 2024 ini, aksi yang menggunakan APK pencuri SMS sudah menurun karena efektivitasnya menurun seiring meningkatnya kesadaran pengguna ponsel dan usaha pengamanan yang dilakukan oleh banyak pihak baik pihak bank, dari Google, pengamat sekuriti dan pemerintah yang tidak henti melakukan edukasi terhadap masyarakat atas ancaman ini. Namun sesuai mantra di atas, security is a process. Kini berkembang satu ancaman baru yang perlu diwaspadai dan sangat berpotensi mengancam pengguna aplikasi mobile banking. Dan celakanya, metode yang dipakai adalah mengeksploitasi fitur tambahan yang disediakan oleh Android untuk memudahkan pengguna dengan keterbatasan tertentu. Fitur Aksesibilitas atau Accessibility. Accessibility / Aksesibilitas Aksesibilitas adalah fitur Android untuk membantu pengguna disabilitas. Fitur seperti pembaca teks, subtitel atau tampilan kustom. Untuk mengaktifkan layanan ini di aplikasi membutuhkan akses "accessibility permission" atau "izin aksesibilitas" pada ponsel Android. Dan masalahnya izin ini memberikan hak akses penuh pada perangkat aplikasi. Hak akses penuh ini yang menjadi incaran kriminal siber yang memang selalu berusaha mencari cara untuk mengendalikan ponsel atau tablet. Ketika hak ini didapatkan, maka pengguna ponsel akan terperangkap dan perangkat ponselnya bisa diambilalih. (lihat gambar 1)
By Alfons Tanujaya June 26, 2024
Ransomware secara de facto menjadi malware yang paling ditakuti oleh pengguna komputer dan pengelola data saat ini. Dalam menjalankan aksinya, ransomware dapat menambahkan aksinya menjadi extortionware. Jika ransomware beraksi dengan mengenkripsi data dan sistem yang diserangnya, maka extortionware adalah ancaman menyebarkan data yang berhasil dicuri jika korbannya menolak membayar uang tebusan yang diminta. Serangan ransomware Brainchiper yang merupakan turunan Lockbit pada Pusat Data Nasional / PDN dibulan Juni 2024 melumpuhkan layanan pemerintah yang memanfaatkan sistem dan data yang dikelola di PDN. Salah satu layanan kritis yang terganggu adalah layanan imigrasi yang menjadi pintu gerbang Indonesia dan mencoreng muka Indonesia karena layanan keimigrasian yang mengakibatkan antrian panjang karena sistem imigrasi yang tadinya dilakukan secara elektronik harus dilakukan secara manual. Lalu institusi apa saja yang menjadi korban serangan ransomware di tahun 2024 ini ? Vaksincom akan mengadakan seminar 2 jam singkat tanggal 2 Juli 2024 mengangkat tema 10 ransomware ganas dan korbannya di Indonesia : Akibat dan mitigasinya. Korban Ransomware Sampai pertengahan tahun 2024, sudah ada 10 institusi besar yang menjadi korban ransomware, baik dari institusi swasta maupun pemerintahan dari berbagai industri seperti logistik, logistik makanan, shopping center, consumer finance, bank, finance services, IT Services, transportasi dan pialang saham. Parahnya lagi ada salah satu institusi keuangan Tbk yang sampai dua kali menjadi korban ransomware yang berbeda pada saat yang berbeda dimana pada Juli 2023 bank tersebut menjadi korban ransomware dengan total data yang berhasil dicuri dan dienkripsi sebanyak 450 GB oleh Ransomhouse (lihat gambar 1).
By Alfons Tanujaya June 26, 2024
Vaksincom akan mengadakan seminar evaluasi malware di pertengahan tahun 2024 dengan tema : 10 Korban Ransomware Indonesia 2024: Dampak dan Antisipasinya Acara akan diadakan di : Aming Coffee Shop Raffles Square Jl. Ir. H. Juanda Stasiun Kereta Api Juanda Gambir Jakarta Pusat Waktu : Selasa, 02 Juli 2024 pukul 14.00 - 16.00 Wib Biaya seminar Rp. 250.000,- sudah termasuk : ⁠Konsumsi snack dan coffee khas Pontianak dari Aming Coffe Shop. ⁠⁠Sertifikat Elektronik Materi ⁠⁠Sharing informasi dan workshop ⁠⁠Antivirus GData Endpoint Protection Business atau Webroot untuk 50 komputer dalam jaringan (30 hari). ⁠⁠Vaksin Protect yang akan melindungi komputer anda dari ransomware dan mengembalikan data terenkripsi ransomware tanpa tergantung backup. Daftar dan Resigtrasi sekarang Hubungi : 0897-8696-122 (Ami) Untuk Pembayaran ke rekening PT. Vaksincom BCA : 6540339251 Tempat terbatas hanya 50 peserta.
By Alfons Tanujaya May 16, 2024
Berubah Menjadi Targeted SMS Phishing Penipu APK pencuri SMS menggunakan metode baru dalam menjalankan aksinya. Jika selama ini APK pencuri SMS menggunakan bot SMS to Telegram untuk memforwardkan semua SMS ponsel korban termasuk SMS OTP ke akun Telegram penipu, setelah dibongkar codingnya salah satunya oleh Malvin Valerian @malvin.val lalu bot Telegram tersebut di serang oleh netizen yang marah dengan aksi jahat penipu ini. Sekarang penipu mengganti metodenya dengan langsung menggunakan layanan SMS langsung ke ponsel penipu tanpa memanfaatkan bot Telegram. Jadi setiap kali korbannya menjalankan APK pencuri SMS, setelah menipu mendapatkan korbannya menyetujui akses data dan layanan SMS maka APK penipu ini akan mengirimkan satu SMS kosong dari ponsel korban ke nomor ponsel yang telah dipersiapkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi nomor ponsel korban. Setelah mendapatkan nomor ponsel korbannya, maka nomor tersebut dijadikan sasaran eksploitasi dan penipu mengirimkan banyak OTP dan memalsukan dirinya seakan-akan institusi yang terpercaya dengan memalsukan nama pengirim SMS. Aksi pengiriman APK APK akan datang se perti biasa memalsukan diri seperti Surat Pemberitahuan Wajib Pajak, Paket Kurir Online atau Undangan Pernikahan. (lihat gambar 1)
Artikel Lainnya